Selasa, 21 Juni 2011

Ronggo Warsito

Nama asli Ronggowarsito adalah ' Bagus Burhan ' lahir pada tanggal 15 Maret 1802 di Surakarta.
Ayahnya merupakan keturunan dari kesultanan Pajang yakni Mas Pajangswara sedangkan ibunya keturunan dari kesultanan Demak..


Pada awalnya Bagus Burhan belajar ilmu agama pada Kyai Imam Besari di Pesantren Gebang Tinatar ( Ponorogo ) disana beliau mendapat pencerahan di Sungai Kedung watu..Pada tanggal 09 November 1821 Bagus Burhan menikah dengan Raden Ayu Gombak...beliau tinggal di Kediri.
Setelah kematian ayahnya 1830 Bagus Burhan diangkat menjadi Panewu Carik Kadipaten Anom bergelar Raden Ngabehi Ronggowarsito. Sepeninggalan kakeknya ( Yosodipuro II ) 14 September 1845  Ronggowarsito diangkat sebagai Pujangga keraton Surakarta oleh Pakubuwono VII ..
Pada masa inilah banyak hasil karya sastra dari Ronggowarsito yang terkenal bahkan masih bisa dikatakan relevan untuk masa sekarang ini. Karya Sastra tersebut diantaranya ' Serat Kalatida ' terdiri dari 12 bait tembang Sinom,  salah satu bait yang terkenal yakni ...
amenangi zaman édan,
éwuhaya ing pambudi,
mélu ngédan nora tahan,
yén tan mélu anglakoni,
boya keduman mélik,
kaliren wekasanipun,
ndilalah kersa Allah,
begja-begjaning kang lali,
luwih begja kang éling klawan waspada.
yang terjemahannya kurang lebih sebagai berikut:
menyaksikan ( Hidup ) zaman gila,
serba susah dalam bertindak,
ikut gila tidak akan tahan,
tapi kalau tidak mengikuti (gila),
tidak akan mendapat bagian,
kelaparan pada akhirnya,
namun ( semua ) telah menjadi kehendak Allah,
sebahagia-bahagianya ( seberuntungnya ) orang yang lalai,
akan lebih bahagia ( beruntung ) orang yang tetap ingat dan waspada.
Ranggowarsito wafat pada tanggal 24 Desember 1873, anehnya tanggal kematiannya justru terdapat dalam karya terakhirnya ' Serat Sabda Jati ' . Jenazahnya di makamkan di desa Palar, Kecamatan Trucuk, Klaten.
Beberapa bait terakhir dari serat Sabda Jati... 

Pandulune Ki Pujangga durung kemput;
Mulur lir benang tinarik;
Nanging kaseranging ngumur;
Andungkap kasidan jati;
Mulih mring jatining enggon.

 
(Sayang sekali “penglihatan” Sang Pujangga belum sampai selesai, bagaikan menarik benang dari ikalannya.Namun karena umur sudah tua sudah merasa hampir datang saatnya meninggalkan dunia yang fana ini).

Amung kurang wolung ari kang kadulu;
Tamating pati patitis;
Wus katon neng lokil makpul;
Angumpul ing madya ari;
Amerengi Sri Budha Pon.

 
(Yang terlihat hanya kurang 8 hari lagi, sudah sampai waktunya, kembali menghadap Tuhannya. Tepatnya pada hari Rabu Pon).

Tanggal kaping lima antarane luhur;
Selaning tahun Jimakir;
Toluhu marjayeng janggur;
Sengara winduning pati;
Netepi ngumpul sak enggon;

(Tanggal 5 bulan Sela(Dulkangidah) tahun Jimakir Wuku Tolu,Windu Sengara 
(atau tanggal 24 Desember 1873)kira-kira waktu Lohor, itulah saat yang ditentukan sang Pujangga kembali menghadap Tuhan).


Cinitra ri budha kaping wolulikur;
Sawal ing tahun Jimakir;
Candraning warsa pinetung;
Sembah mukswa pujangga ji;
Ki Pujangga pamit layon.

(Karya ini ditulis di hari Rabu tanggal 28 Sawal tahun Jimakir 1802.(Sembah=2, Mukswa=0, Pujangga=8, Ji=1) bertepatan dengan tahun masehi 1873).....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar